Global Knowledge Dialogue atau Dialog Pengetahuan Global (GKD) 2023 belum lama diselenggarakan di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia pada Rabu (4/10/2023) hingga Jumat (6/10/2023). GKD merupakan sebuah wadah yang mempertemukan para ahli, peneliti, dan pengambil kebijakan terkemuka untuk saling bertukar ide, wawasan, dan pengalaman mengenai tantangan global yang mendesak. GKD untuk Asia dan Pasifik diselenggarakan oleh International Science Council (ISC), Academy of Sciences Malaysia (ASM) dan ISC Regional Focal Point untuk Asia dan Pasifik (ISC RFP-AP) di Australian Academy of Science.
Dr. Herlambang P. Wiratraman yang merupakan Dosen Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada sekaligus Sekjend Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) turut hadir dalam pertemuan GKD 2023. Dalam pertemuan ini, Dr. Herlambang menyampaikan presentasi mengenai inisiatif dan upaya memajukan ilmu pengetahuan dari tangan kaum ilmuwan Indonesia sebagai pembelajaran di ruang publik.
Poin-poin yang Disampaikan Dalam Global Knowledge Dialogue 2023
Pertama, peran Indonesia yang sangat strategis dalam memimpin G20 (2022) selama setahun. Hal ini didorong oleh komitmen politik penguasaan teknologi dan inovasi, yang menjadi salah satu prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada tahun 2019-2024. Periode ini harus menjadi kekuatan tersendiri dalam membangun pengaruh ilmu pengetahuan bagi peradaban manusia di tingkat global.
Kedua, tantangan Indonesia sebagai negara tropis terhadap upaya pelestarian alam. Situasi deforestasi besar-besaran seperti perusakan sumber daya alam melalui ekspansi kapitalisme pertambangan dan bisnis kelapa sawit berdampak besar pada upaya perlindungan keanekaragaman hayati. Hal ini menimbulkan pemiskinan sosial-ekonomi dan ancaman ekologis yang mengganggu keseimbangan alam dan kelestariannya. Pada saat yang sama, beragam teknologi seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan analisis data dapat dimanfaatkan untuk menciptakan, memperluas, dan memantau efektivitas pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan, termasuk membangun sistem kesehatan yang maju.
Ketiga, diplomasi sains. Dalam konteks ini berarti bagaimana memberikan jalan untuk meningkatkan kerja kolaboratif multi-, antar- dan trans-disiplin dengan berbagai pemangku kepentingan demi kepentingan manusia, planet bumi, dan kesejahteraan bagi semua pihak. ALMI sebagai komunitas ilmuwan muda dapat terus memperkuat kerja sama guna meningkatkan kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi agar tidak ada yang tertinggal.
Keempat, ALMI dalam Kongres Ilmuwan Muda Indonesia (KIMI) yang pertama telah menyatakan, “Ilmu pengetahuan adalah jalan kemanusiaan, berani, dan progresif.” Pesan tersebut bermakna bahwa sudah saatnya para ilmuwan membangun kekuatan, kolaborasi dan komitmen melalui karya ilmiah untuk membawa perubahan peradaban yang lebih manusiawi dan berkelanjutan secara ekologis untuk satu bumi.
Kelima, ALMI menekankan pentingnya diplomasi sains untuk menjembatani sains, teknologi, dan inovasi, serta kepentingan nasional dan tantangan global. Teknologi canggih telah memainkan peran penting dalam membentuk dan meregenerasi alam serta mengubah lingkungan. Transformasi dan regenerasi bumi serta pola pembangunan akan membawa manfaat yang sangat besar bagi generasi mendatang.
Rountable Discussion
Dalam roundtable discussion, perspektif inspiratif dari sesama ilmuwan didialogkan tentang cara meningkatkan suara early atau mid carrier researcher, peneliti karir awal dan menengah (EMCR) dalam penelitian ilmiah, penulisan ilmiah, serta program dan penghargaan internasional, dan cara mengembangkan kerjasama riset. Terdapat 54 akademi muda nasional secara global, tapi hanya lima yang didirikan di negara-negara ASEAN. Kelima akademi tersebut berada di Thailand, Vietnam, Filipina, Indonesia dan Malaysia.
Orakanoke Phanraksa, Penasihat Senior untuk Urusan Internasional, Riset dan Inovasi Sains Thailand dan Ketua Bersama Jaringan Ilmuwan Muda ASEAN (ASEAN YSN), mengatakan pada pertemuan roundtable discussion bahwa beberapa akademi ilmuwan muda menjadi lebih maksimal bekerja dengan jaringan akademi senior, terutama untuk transfer pengetahuan.
Di akhir pertemuan, Dr. Herlambang yang merupakan Ketua Pusat Kajian Hukum dan Keadilan Sosial (LSJ) FH UGM menyambut baik rencana aktif Focal Point Regional ISC untuk Asia dan Pasifik yang berkomitmen untuk mendukung para peneliti muda.
“Pemerintah Australia sangat tertarik dengan Asia Tenggara dan Pasifik. Kami ingin memastikan bahwa seluruh wilayah dilibatkan dan didengarkan dalam percakapan ini. Melibatkan kaum muda dalam rencana ISC untuk misi sains yang diuraikan dalam laporan Mission Science for Sustainability dan Flipping the Science Model akan menjadi hal yang sangat penting. Peneliti muda adalah masa depan ilmu pengetahuan, mereka adalah masa depan suara ilmiah, dan mereka harus menjadi komunikator yang lebih baik. Kita benar-benar perlu memanfaatkan energi, vitalitas, dan kecerdasan yang kita miliki di akademi muda kita,” ungkap Dr Petra Lundgren, Direktur Focal Point Regional ISC untuk Asia dan Pasifik. Hasil dari Konferensi Akademi Muda dan Asosiasi akan dimasukkan ke dalam program kerja yang sedang dikembangkan oleh ISC dan Focal Point Regionalnya untuk Asia dan Pasifik.
Penulis: LSJ
Editor: PR