Dosen STIH Umel Mandiri Jayapura Raih Doktor Usai Kaji Pengaturan Penanganan Fakir Miskin di Papua

img_3710

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan kebijakan pemberlakuan otonomi khusus bagi Provinsi Papua, yaitu Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008. Pembentukan Undang-Undang tersebut merupakan upaya pemerintah dalam memajukan dan menyejahterakan rakyat Papua.

Undang-Undang ini mengandung beberapa kebijakan. Salah satunya ialah kebijakan fiscal dimana Provinsi Papua mendapatkan alokasi dana khusus. Namun,  banyak kalangan yang menilai pengelolaan dana otonomi khusus saat ini tidak tepat sasaran dan tidak ada transparansi. Sehingga, kebijakan tersebut tidak berdampak besar dalam penurunan tingkat kemiskinan. Hal inilah yang  melatar belakangi Edy Purwito mengangkat judul  “Pengaturan Penanganan Fakir Miskin Pada Era Otonomi Khusus di Provinsi Papua” pada disertasinya.

Pria yang pernah menjadi Ketua dan Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Umel Mandiri Jayapura ini sukses mendapatkan gelar Doktor di Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Sabtu (19/11). Predikat memuaskan diperolehnya setelah melalui sesi tanya-jawab dalam Ujian Promosi Doktor di Ruang 311 FH UGM.

Ujian yang berlangsung selama kurang lebih dua  jam ini diketuai oleh Prof. Dr. Sigit Riyanto, S.H., LL.M. Sedangkan, anggota tim penguji terdiri dari Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M. Si., Prof. Dr. Agus Pramusinto, MDA. (Dosen FISIPOL UGM), Prof. Dr. Ni’matul Huda, S.H., M. Hum. (Dosen UII), Prof. Dr. Ari Hernawan, S.H., M. Hum., Dr. Sulastriyono, S.H., M. Si., Dr. Djoko Sukisno, S.H., CN. dan Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H., M.Hum selaku Ko-Promotor.

Dalam sesi tanya-jawab, Prof. Dr. Agus Pramusinto, MDA. menanyakan kepada Promovendus mengenai inti permasalahan yang dikemukakan dari disertasi tersebut. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP UGM) ini bertanya, “Yang salah pengaturan atau implementasinya (Otonomi Khusus) ?”. Kemudian, Promovendus menjelaskan bahwa ada permasalahan dalam dua hal tersbut. Menurutnya, pemerintah kurang memahami apa saja yang seharusnya menjadi substansi dari otonomi khusus dan praktik dari kebijakan itu juga tidak dilaksanakan secara konsisten dan transparan. (Fitri Isni Ridha)

TAGS :  

Latest News

Pelajari Perkembangan Kajian Hukum Adat dari Berbagai Negara, Mahasiswi Doktoral dan Dosen FH UGM Ikuti International Course And Conference On Legal Pluralism di Universitas Indonesia

Aprilia Stefany Leliak, mahasiswa Prodi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (PDIH FH UGM), bersama dengan Sartika Intaning Pradhani dan Almonika Cindy Fatika …

PKPA Angkatan XIV Fakultas Hukum UGM berkolaborasi dengan PERADI RBA

[PENDAFTARAN PENDIDIKAN KHUSUS PROFESI ADVOKAT FH UGM ANGKATAN XIV TAHUN 2025 BERSAMA PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA RUMAH BERSAMA ADVOKAT (PERADI RBA)] Halo, Sobat Justicia! Fakultas Hukum …

Tingkatkan Relevansi dan Inovasi Pendidikan, FH UGM Gelar Workshop Bagi Pengajar Hukum Adat Se-Indonesia

Departemen Hukum Adat Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM) menyelenggarakan Workshop “Tantangan dan Dukungan bagi Inovasi Pengajaran Hukum Adat” pada Senin (25/11/2024) di Ruang …

Aprilia Stefany Leliak, mahasiswa Prodi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (PDIH FH UGM), bersama dengan Sartika Intaning Pradhani dan …

[PENDAFTARAN PENDIDIKAN KHUSUS PROFESI ADVOKAT FH UGM ANGKATAN XIV TAHUN 2025 BERSAMA PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA RUMAH BERSAMA ADVOKAT (PERADI RBA)] Halo, Sobat …

Departemen Hukum Adat Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM) menyelenggarakan Workshop “Tantangan dan Dukungan bagi Inovasi Pengajaran Hukum Adat” pada Senin …

Pada Kompetisi Debat Hukum Nasional PLC 2024, Speciality FH UGM mengirimkan tim yang terdiri atas Bintang Ratu Excelluna R.P. (FH 2022), Fadilla …

Scroll to Top